Skip to main content

Tugas 3 Ilmu Sosial Dasar (Budaya)

Gong si Bolong


Gong si Bolong merupakan kesenian gamelan yang muncul di antara sebagian orang di pinggiran Depok, yaitu di kalangan warga Tanah Baru, Depok. Kesenian Gong si Bolong juga merupakan paduan antara seni musik dan tari Tayub, yakni sebuah tarian yang menceritakan suasana panen dengan gerakan bernuansa silat. Konon, nama Gong si Bolong ini dikarenakan sedemikian tuanya kesenian dan perangkat musiknya sehingga kemudian mengalami kerusakan, terutama pada gong besarnya yang sudah bolong (berlubang). Sebagian besar warga Depok mengetahui sebuah tugu yang berada di daerah Tanah Baru, Depok. Tugu tersebut merupakan Tugu Gong si Bolong, karena di atas tugu itu terdapat replika Gong si Bolong.

Penemuan Gong Si Bolong

Adapun seorang Jimin menemukan Gong si Bolong pada tahun 1549, saat Kelurahan Tanah Baru masih berbatasan langsung dengan Kelurahan Ciganjur, Jakarta Selatan. Seorang warga yang bernama Jimin itu ialah seorang Bapak yang tinggal di dekat sungai Krukut, Tanah Baru Depok. Secara geografis, Tanah Baru saat itu masih dipenuhi hutan-hutan kecil dan rawa-rawa. Saat itu hanya sedikit masyarakat yang mendiami wilayah hutan, rawa, lahan pertanian, serta kolam-kolam ikan. Akan tetapi, untuk menjaga kelangsungan hidupnya masyarakat mengandalkan lahan pertanian. Lama kelamaan, seiring berjalannya waktu hutan mulai dibuka menjadi lahan pertanian. Sawah tadah hujan, perkebunan dan kolam-kolam perikanan mulai membelah wilayah itu. Pak Jimin, mendengar adanya suara yang nyaring dan indah itu berasal dari sungai Krukut, sehingga ia mengajak tetangganya untuk menelusuri suara itu. Akhirnya, mereka menemukan seperangkat alat musik gamelan dan yang mencolok adalah Gong Si Bolong, karena ukurannya yang besar dan tampak bolong. Gong Si Bolong menjadi seperangkat gamelan yang bisa dimainkan ketika berada di tangan Bapak Tua Galung (Pak Jerah). Pak jerah melengkapinya dengan satu set gendang, dua set saron, satu set kromong, satu set kedemung, satu set kenong, terompet, bende serta gong besar.

 Gong Si Bolong Masa Kini

Penerus Ketujuh Gong si Bolong, Buang Jayadi

Gong Si Bolong masa kini lebih dikenal di dalam suatu sanggar kesenian di wilayah Tanah Baru, Depok. Derasnya arus globalisasi membuat keberadaan Gong si Bolong tertutup, karena tidak sebagian besar masyarakat Depok kini ingin membangkitkan keberadaannya. Komposisi alat musik yang mempermegah Gong si Bolong adalah Gong, Gendang, Bende, Rebab, Terompet, Keromong, serta Saron. Para pemainnya berjumlah 12 anggota yang masing-masingnya memainkan alat-alat musik tersebut. Namun sekarang, kesenian Gong si Bolong sudah mulai kurang diminati oleh masyarakat Kota Depok. Undangan pentas kepada Sanggar sudah semakin kurang, bagi pengelola Sanggar itu hal ini dikarenakan generasi penerus kurang peka terhadap keberadaan Gong Si Bolong. Kelompok kesenian ini juga pernah memenangkan juara 1 dalam pagelaran kesenian Jawa Barat Travel Exchange pada tahun 2008.

sumber :

https://id.wikipedia.org/wiki/Gong_Si_Bolong

https://www.antarafoto.com/asian-games-2018/v1429961419/kesenian-tradisional-gong-si-bolong

https://megapolitan.antaranews.com/berita/31141/buang-jayadi-pertahankan-kesenian-gong-si-bolong


AmmarWidhianta_50420163_IlmuSosialDasar

Comments

Popular posts from this blog

Tugas 6 Ilmu Sosial Dasar (Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan)

Kehidupan masyarakat modern seperti sekarang ini sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan dalam bentuk “ rural community ” dan “ urban community ”. Karakteristik masyarakat desa dan kota bisa begitu berbeda akibat adanya beberapa perbedaan signifikan terkait cara hidup sehari-hari dan sistem sosialnya. Kecenderungan bagi masyarakat desa mengarah pada kehidupan agamis dan religius, sedangkan orang-orang kota lebih mengarah pada kehidupan duniawi. Pada masyarakat kota, individu biasanya tidak terlalu bergantung pada orang lain sedangkan di desa, antar warga biasanya memiliki hubungan yang erat karena satu sama lain sering bergantung dalam berbagai hal dan kegiatan. Di kota, pembagian kerja lebih tegas dan jelas sehingga antar profesi memiliki garis batas yang nyata dan hubungan yang terjalin antar profesi lebih profesional. Dengan adanya sistem pembagian kerja yang tegas, maka kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan lebih banyak pada masyarakat kota dibandingka...